Translate

Konsep Diri Atau Jiwa Peniru

Seringkali kita mendengar istilah jadilah diri sendiri, istilah itu mungkin memang terkesan sangat identik dengan karakteristik seseorang dalam pola hidup mereka. Apalagi dijaman modernisasi seperti saat ini seseorang akan saling berlomba-lomba untuk tidak mau kalah dengan yang lain dalam hal apapun. Kebebasan dalam berkreasi dan juga merumuskan fikiran-fikiran pada setiap individu membuat seseorang semakin beringas untuk memunculkan sesuatu yang baru tanpa pandang mutu kearah aqidah maupun akhak. Dalam hemat mereka,sesuatu yang berbeda dari yang lain dengan apa yang mereka buat pada hakikatnya dapat mencerminkan identitas diri mereka. Bahkan mereka akan mengklaim orang lain yang meniru-niru mereka dengan sebutan tidak bisa menjadi diri sendiri. Orang satu dengan yang lainya saling membangga-banggakan tentang diri mereka sendiri.
Bagi mereka karya adalah suatu kehormatan meski sering kali akibat dari ide-ide yang mereka cetuskan telah keluar dari koridor agama. Sebagai contoh seorang penyanyi yang dengan bangga bergoyang gergaji,ngebor dan lain sebagainya dengan pakaian yang buka-bukak-an sehingga auratnya sana sini terbuka dengan sangat jelas. Apa yang mereka katakan tentang dirinya? "inilah ciri khas goyanganku", dan ketika mereka ditanya mengapa harus sedemikian rupa maka dengan sangat yakin mereka menjawab bahwa "inilah diriku yang asli, kini sudah aku temukan jati diriku sebagai penyanyi".
Coba kita rasakan, bukankah apa yang mereka yakini sebagai “jati diri” yang seperti itu tidak lain adalah menjadi diri nafsu. tapi entahlah bagi khalayak ramai karna pondasi keumuman sudah mengklaim bahwa itu hal biasa pada umumnya, "gaul coy, modern... bohaaay.... hoot abiszz". begitulah tanpa mau tahu. 
Ini hanya salah satu contoh yang mungkin sering kita jumpai di media massa sekarang ini. Sedangkan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan ataupun penampilan yang sudah melenceng jauh dari agama juga yang mereka sebut sebagai menjadi diri sendiri. Padahal apapun itu, jika sesuatu hal yang bersangkutan melanggar aturan syari'at maka itu adalah kehendak nafsu dengan kata lain telah menjadi diri nafsu, diperbudak oleh nafsu, menjadikan nafsu sebagai Tuhan mereka. Lantas apakah sesuatu itu tetap bisa disebut menjadi diri sendiri ketika orang berkreasi jauh diluar adab sebagai manusia beragama? padahal jika ditanya apa agamamu? pasti mereka akan menjawab ini dan itu. agama hanyalah identitas, tidak penting?.
Jika alasannya "ini tuntutan profesi paaak., pahami profesi kami doong?".
Inilah dunia kita, kenyataan zaman yang memang harus kita temui. Bukankah itu adalah nafsu yang terealisasikan dalam sebuah kreasi yang nyata bagi mereka? Bukankah orang-orang semacam itu lebih patut jika kita sebut sebagai orang yang telah lupa diri?. Bagaimanakah mungkin jika orang yang telah lupa diri bisa mengklaim bahwa ia mendapat petujuk dan menjadi diri sendiri?. Sungguh perkataan itu telahpun jauh dari kebenaran. Mungkin mereka belum tahu atau belum mengkaji sepenuhnya tentang apakah itu menjadi diri sendiri dan apakah itu menjadi diri nafsu.
Banyak orang tertipu antara menjadi diri sendiri dan menjadi diri nafsu. Banyak dari kalangan mereka yang pada akhirnya sulit untuk menerima suatu kebenaran yang dinasehatkan kepada mereka. Itu dikarenakan hati yang ada didalam diri telah tertutup oleh noda-noda yang semakin lama semakin menebal dan berkarat.
Jika dikaji lebih dalam sesungguhnya yang mereka anggap itu sebagai menjadi diri sendiri adalah suatu maksiat yang sengaja dikekalkan dalam bentuk hobi. Dan jika maksiat telah menjadi sebuah hobimaka akan sangat sukar dihilangkan. Seperti yang kita tahu hobi merupakan bagian hidup. Pertanyaannya, apakah kita akan menjadikan maksiat sebagai hobi?. Tentu bagi kita yang benar-benar beriman dan beragama pastinya tidak akan pernah untuk berfikir jika sebuah maksiat yang dilandasi nafsu dan dibungkus oleh kemunafikan serta pemahaman yang keliru akan kita jadikan bagian dari kehidupan kita. Kecuali jika kita tidak beragama atau berserah pada syaiton, maka apapun itu kemaksiatan bukan masalah karena dengannya berarti kita lebih hina daripada binatang(Na'udzubillah). Dalam islam sendiri tidak pernah melarang manusia supaya punya hobi maupun berkreasi, namun dalam hal itu selama tidak melanggar syari'at islam.

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ


“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”
Menjadi diri sendiri itu ialah dimana seseorang kembali kepada dirinya mula-mula, pengertianya yakni dalam hal ruhaniah karena pada hakikatnya manusia bukan dilihat dari segi penampilan atau fisik, karena semua itu tidak akan bertahan lama alias akan segera ditinggalkan dan itu bersifat sementara. Sehingga untuk menjadi diri sendiri maka kita harus benar-benar tahu dan yakin tentang dari mana kita berasal,dalam keadaan bagaimana kita dilahirkan dan kembali kepada aturan yang telah menciptakan. Disini kembali kami ingatkan jika yang detekankan adalah ruhaninya bukan fisik luarnya, karena puncak dari manusia terletak pada yang non materi sedangkan fisik adalah sarana guna membersihkan ruhani kita atau malah memperkeruhnya. Jadi sekarang kita telah tahu jika menjadi diri sendiri itu yakni kita mestinya mendahulukan aturan yang datang dari Tuhan daripada kemauan atas nafsu. Dan itu berarti siapun orangnya yang mengikuti petujuk Ilahi maka ia telah berjalan kearah jati diri yang sebenarnya. Karena dengan mengikuti petunjuk Ilahi maka sesungguhnya ia hendak disucikan atas dosa-dosanya dan dengan kembalinya fitroh berarti ia telah mnjadi diri sendiri seperti ketika kita terlahir kedunia dalam keadaan bersih dari dosa-dosa. 
Sedangkan menjadi diri nafsu yakni yang mana apabila seseorang mengikuti keinginan dalam hatinya yang tiada sesuai dengan aturan langit hingga ia terjebak dalam kesenangan dan kebanggaan yang selalu digembar-gemborkan tanpa ada pembenaran dalam agama. Jadi jika seseorang itu melandaskan penampilan ataupun kepribadian yang tak sesuai dengan aturan Ilahi atau malah melanggar aturan itu sendiri apakah masih patut dikatakan menjadi diri sendiri sedangkan ruhaninya penuh dengan kedurhakaan kepada Ilahi?. Orang-orang itu yang dicari adalah semata-mata hanya keduniaan yang fana, cara berfikirnya hanyalah ingin terpandang oleh kalangan manusia, yang mana rasa gengsi dan mencari materi yang diutamakan daripada keselamatan dirinya dihadapan Illahi. Dan itulah orang-orang yang dikusai oleh  nafsu mereka yang menjadikan diri sebagai diri nafsu atau budak nafsu. Dan itulah orang-orang yang lupa akan dirinya. Parahnya, semua itu di zaman ini cara pandang umum masyarakat yang tidak peduli dengan pembaharuan tanpa disaring melalui pengetahuan aqidah dan akhlak menjadi tradisi yang semakin melekat, tidak mau tahu dan “terserah situ, yang penting gua seneng, emang gua fikirin, loe gua end.

Tutorial Lengkap AdClickXpress

Sejarah AdClickXpress Tim Indonesia